SYEKH UMAR KHALIL SOSOK ULAMA PENCERAH PERADABAN BANGSA
Adalah sosok ulama PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) syech Umar Khalil yang telah memberi warna tersendiri dalam lintasan Sejarah Pendidikan Islam di negeri ini, khususnya di Provinsi Sumatera Barat. Beliau telah menjadi icon yang penuh arti di bidang Pendidikan. Terbukti dari kiprah Beliau sebagai Guru, Pengajar dan Ulama Pejuang yang kharismatik. Nilai-nilai perjuangannya layak menjadi legasi yang akan ditiru secara progresif oleh para pendidik dari generasi ke generasi.
Syech Umar Khalil dilahirkan di sebuah kampung kecil yang bernama Sungai Sapih dari Rahim seorang ibu yang diberi nama Umar oleh kedua orang tuanya. Ibunya Bernama Taina dan ayahnya bernama Rangtuo Mulie, seseorang yang cukup disegani di daerah itu. Lantas, Umar tumbuh dari kecil menjadi remaja dan dewasa. Berkat didikan dari kedua orang tua sehingga Umar yang sudah dewasa juga menjadi panutan di tengah masyarakat, utamanya kawan-kawan se-permainan.
Dalam kondisi serta situasi penjajahan Belanda, sehingga Umar tidak tinggal hanya diam, tetapi Beliau selalu aktif membantu para Laskar Pejuang bersama kawan-kawannya dan juga mencarikan ‘ransum atau bekal’ bagi para pejuang yang bergerilya di tengah rimbunnya hutan/rimba Sumatera, ketika itu. Sampai suatu ketika pada awal 1928 Umar dicari oleh pihak Belanda yang rencananya akan dibunuh atau dilenyapkan karena peranannya yang dianggap membahayakan keberadaan penjajah Belanda. Namun demikian, Umar dapat melarikan diri hingga kemudian diselamatkan oleh seorang yang dikenalnya, yang bekerja di perusahaan peternakan milik seorang berkebangsaan Jerman, bernama Tuan Ake. Menurut cerita, bahwa para pekerja Tuan Ake tidak boleh diganggu oleh Tentara Belanda.
Ternyata Tuan Ake yang juga berkebangsaan Jerman tersebut – membawa Umar ke Pelabuhan Teluk Bayur, lantas Umar ditumpangkannya pada sebuah kapal dagang menuju Malaya. Dan, dari Malaya, Umar kemudian melanjutkan perjalanan sampai ke Mekkah.
Sudah terasa cukup lama Umar tidak menunjukan adanya tanda-tanda untuk pulang kampung. Justru ternyata selama pelarian itu, Beliau memanfaatkan waktu secara optimal untuk belajar tekun serta menggali berbagai Ilmu Pengetahuan. Utamanya Ilmu Agama Islam, tetapi Beliau lebih menekuni Ilmu Tafsir dan Hadist.
Sebelumnya orang tua masih mengira Umar masih berada di Malaya. Hampir 10 (sepuluh) tahun, maka kemudian, seketika Beliau bertemu dengan Jama’ah haji asal Sungai Sapih pada musim haji. Jama’ah Haji tersebut setelah sampai kembali ke tanah air, mereka lantas ceritakan kepada Orang-tua Umar terkait pertemuannya dengan Umar di Mekah. Sontak Orang Tua Umar pada musim haji berikutnya menitipkan Surat untuk Umar melalui Jamaah Haji asal Sungai Sapih. Surat itu ternyata mengajak Umar untuk kembali ke kampung halaman untuk mengembangkan Ilmu Pengetahuan yang telah dikuasainya. Sehingga dijanjikan juga akan dibangunkan sebuah Surau dan Sekolah agar Umar dapat mengajar disitu.
Oleh karena itu, Umar bersedia dengan hati yang mantap untuk pulang kampung, dalam kerangka pengembangan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama ini. Masyarakat ternyata menyambut baik kehadiran sosok Umar dalam upaya mencerdaskan kehidupan anak bangsa melalui jalur pendidikan. Beliau kembali ke Indonesia, pulang kampung, pada 1942 hampir berbarengan dengan era penjajahan Jepang di tanah air.
Sementara itu, Gelar, Syekh dan Khalil di belakang nama Umar, sehingga menjadi Syekh Umar Khalil adalah pemberian dari Kerajaan Saudia Arabia. Karena selama masa perantauan di Mekah, beliau pun sempat mengajar di Sekolah milik Kerajaan Saudia Arabia. Maka itu, keberangkatan Umar pulang kembali ke tanah air dengan membawa ratusan kitab – di hantar langsung oleh Staf Kerajaan Saudia Arabia, ketika itu.
Itu sebabnya kiprah Beliau berjalan linear dengan Gerakan Pendidikan yang bernaung dibawah Organisasi Masa Keagamaan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI). Beliau adalah seorang yang ahli dalam segi Ilmu Tafsir Hadist dan Fiqih. Bahkan setelah kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945, seiring dengan semakin berkembangnya Lembaga Pendidikan yang beliau pimpin, maka itu muridnya semakin banyak. Murid-murid yang tidak hanya berasal dari wilayah Sumatera Barat, tetapi juga dari Jambi, Aceh, dan Malaysia.
Dengan mengucapkan: innalillahi wainnailaihi radji’un, tepat di usia 80 (delapan puluh) tahun Beliau wafat/meninggal dunia dengan tenang di Surau miliknya pada tahun 1976. Surau itu bernama Surau Lurah, karena berlokasi di pinggiran sungai, termasuk aliran Sungai Batang Guo. Jenazah disholatkan oleh ribuan pelayat. baik dari unsur keluarga, sanak-famili, murid-murid, para tokoh, ulama, dan anggota masyarakat.
Melalui inisiatif dari keluarga besar Syekh Umar Khalil, maka telah mendirikan Yayasan Syekh Umar Khalil yang dipimpin langsung oleh salah satu cucu kesayangan Beliau, yakni: Drs. Iswandi Muchtar, M.Pd., yang mana juga selaku Ketua Dewan Pimpinan Daerah PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah), Provinsi Sumatera Barat, periode masa bakti: 2013-2018. (Unzn)
