Partai Bulan Bintang (PBB) adalah salah satu partai politik yang konsisten menitikberatkan gerakannya atas pentingnya Peranan Dakwah Islamiyah dalam melanjutkan perjuangan dalam dinamika Islam Politik tanah air.
Oleh sebab itu, jajaran DPP PERTI (Dewan Pimpinan Pusat – Persatuan Tarbiyah Islamiyah) dalam agenda audiensi yang dipimpin oleh Undrizon, SH., MH., dalam kapasitas selaku Sekretaris Jenderal DPP PERTI, dan Erbasri (Anggota Dewan Syuro) serta Syafrijon, SH. (Wakil Ketua DPP PERTI) – memperkenalkan Struktur Kepengurusan Masa Bakti: 2022-2027.
Acara yang digelar pada 21 Februari 2023 antara DPP PERTI dan PBB berlangsung di Markas Besar Partai Bulan Bintang (PBB).
Bagi DPP PERTI kegiatan ini merupakan bagian dari kelanjutan usaha-usaha implementasi program berdasarkan amanat Muktamar PERTI Ke – 17 (Ketujuh belas) pada Januari 2022.
Begitu pula DPP PBB, khususnya yang telah memperkenalkan satu per satu terkait jajaran Dewan Syuro DPP PBB oleh Ketua Dewan Syuro DPP PBB, yakni Dr. K.H. Masrur Anhar.
Selain mensosialisasikan Tribakti PERTI serta Khittah 1928, pertemuan ini utamanya juga dimaksudkan mengaktualisasikan konsepsional Dakwah Islamiyah.
“Hemat kita, bahwa PBB adalah salah-satu Parpol yang selalu konsisten dan kental dalam mempertahankan fungsi dakwahnya pada segenap lini serta langkah-langkahnya seiring dengan perkembangan dinamika Peta Perpolitikan (The Political Map) di Indonesia (tanah air),” jelas Undrizon.
Pada kesempatan yang sama Dr. KH Masrur Anhar juga menyampaikan tentang pentingnya ukhuwah islamiyah dan bersatu-padu tanpa sekat yang berlebihan.
Apalagi dari tendensi kemajuan peradaban global yang terkadang begitu terasa menggerus keharmonisan hubungan sosial masyarakat. Ia menyoroti dampak kemajuan teknologi mutakhir dalam bidang informasi dan komunikasi.
Meskipun banyak segi keuntungan, tetapi tetap saja mempunyai implikasi negatif yang harus dipahami oleh masyarakat, umat islam, bangsa dan negara.
Dr. Mashur Anhar, selaku Ketua Dewan Syuro DPP PBB juga melihat betapa dampak negatif dari berita-berita dalam kemasan hoax information.
Sadar atau tidak hal itu telah membuat pola hubungan sosial kemasyarakatan menjadi rancu, hilangnya rasa saling kepercayaan, retaknya hubungan kekeluargaan yang harmonis, adu-domba, bully, dan lain sebagainya.
Maka itu, era keterbukaan informasi global tersebut membutuhkan kemampuan tabayyun. Kemampuan ini harus diimbangi dengan kadar keilmuan dalam menyikapinya.
Utamanya, bagaimana perspektif pemikiran dan hukum islam (syariah) yang dianut dan juga menjadi landasan etik bagi Umat Islam dalam menjalani rutinitas di berbagai dimensi kehidupan.
PBB tengah kembali berupaya untuk mengembangkan berbagai Metode Pendekatan yang update terkait perubahan dalam fenomena sosial politik, keagamaan dan berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berangkat dari pemikiran itu, tentunya implikasi teknologi terhadap masa depan umat Islam, bangsa, dan negara sudah semestinya menjadi tanggung jawab Ormas (Organisasi Massa) keagamaan, partai politik dan semua stakeholders terkait. Meskipun tantangan ini tidaklah ringan dan mudah.
Karena itu, dari pertemuan DPP PERTI dan DPP PBB akan memicu penyegaran serta semangat, keterbukaan, keikhlasan serta mengutamakan nilai-nilai silaturahmi. Huna memunculkan kembali berbagai gagasan yang konstruktif untuk kemajuan masyarakat, bangsa dan negara.
Silaturahmi DPP PERTI dan DPP PBB diharapkan dapat mengurangi sekat komunikasi. Serta menghapuskan salah pengertian (misunderstanding) antar sesama stakeholders dalam konteks advokasi kebangsaan dan dakwah islamiyah.
Selanjutnya dari semangat yang muncul hendaknya menjadi motivasi dalam berbagai upaya untuk eksistensi umat Islam, misalnya memakmurkan Masjid, senantiasa memanjatkan do’a-do’a, agenda pengajian, tahajud, dan seterusnya.
Bahkan, dalam audiensi tersebut, Dr. KH Masrur Anhar sembari berkelakar dengan menyampaikan resep kehidupan yang produktif, yang Beliau singkat dengan DUIT (Doa, Usaha, Ikhlas, dan Tawaqqal).
Kompleksitas persoalan sosial politik yang belum kunjung berakhir, dan termasuk sulitnya konsolidasi Parpol yang berbasis Islam adalah juga sebagai konsekuensi logis dari kecenderungan gerakan yang dijadikan sebagai ajang untuk saling caci-maki dan saling merendahkan serta saling menjatuhkan (zero sum games). Sehingga interaksi sosial politik dan keumatan masih bersifat kontraproduktif.
Kini mestinya tiba waktunya Islam menjadi rajutan yang indah dalam mengaktualisasikan nilai-nilai keislaman dengan serangkaian perjuangan (internalisasi) yang inklusif di tengah kehidupan publik.
Dari Audiensi DPBB PERTI di Markas Besar DPP PBB ini, sekaligus terlihat adanya suatu kesadaran yang dibangun terkait dengan pentingnya peranan kepemimpinan islam (the islamic leadership) yang semestinya ditampilkan secara kontemporer.
Itu sebabnya, dibutuhkan usaha-usaha yang optimistis, dinamis, berkelanjutan dalam corak atau pola konsolidasi, regenerasi dan kaderisasi secara berkelanjutan serta berkesinambungan. (uzn)