BERTAHTA MUTIARA JIWA DALAM ARUS ZAMAN
Berbagai perubahan menginginkan keutamaan nilai dalam segenap arah kreativitas manusia. Manusia yang menginginkan perubahan, – atau perubahan itu sendiri sebagai ketentuan dari sesuatu yang maha mutlak. Meskipun berbagai pertanyaan itu selalu menjadi awal dalam menyikapi segala ragam dinamika terkait eksistensi manusia dan segala kompleksitas entitas alam semesta raya. Manusia dan segala isinya, termasuk Alam Semesta selalu tunduk pada satu kehendak dan ketentuan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Memang itulah kenyataannya, sebagai potret fenomena kehidupan meskipun tanpa dipungkiri – bahwa, manusia dengan segala kecanggihan inovasi, teknologi, ilmu pengetahaun, aneka penemuannya serta kreativitasnya, – terkadang, ternyata hanyalah sebagai bentuk susunan dari konstruksi sempurna yang telah ada secara metafisik dan atau mutlak. Semua itu, tergantung dari bagaimana bentuk tindak-lanjut sikap, dan perbuatan – sehubungan dengan ragam penemuan dalam warna-warni kreativitas sebagai konstruksi nyata budaya manusia (the human culture). Namun demikian, sejarah tentang eksistensi dan dinamika peradaban manusia juga seringkali meninggalkan berbagai ragam fakta secara fisik (fisikal), aneka kaidah dan atau aturan (play rules) serta Pranata Sosial Kemanusiaan yang tersusun sedemikian rupa sebagai konfigurasi langkah-langkah dalam membangun kebudayaan dunia secara dinamis, berkelanjutan, berkesinambungan, progresif serta produktif.
Pelajaran masa lalu dan imajinasi ke masa depan menjadi rujukan yang berpadu dalam keinginan untuk melahirkan perubahan serta konstruksi nilai-nilai maupun aneka temuan untuk kemegahan tatalaksana kehidupan di muka bumi.
Perubahan tersebut menjadi urgen dan kemudian berubah usang dan mencari situasi baru sebagai bagian dalam Citra Rasa Manusia dalam menyikapi keadaan terkini dan kegamangan menatap masa datang. Akan tetapi, suatu perubahan sesungguhnya menjadi hal yang hakiki dan sunatullah, sebagai kehendak Tuhan. Meskipun, terkadang terkait dengan soal kehendak manusia dan kehendak Tuhan -, telah menjadi dialektika serta bahan pemikiran yang terus berlanjut, generatif, – dan begitu lamanya ingin dipecahkan sebagai teka-teki dan atau sudah terbukti serta tampak wujudnya secara kontekstual.
Sejarah hidup makluk dalam alam semesta ini bagaikan Ranting-ranting Kayu yang dipatahkan. Lantas kemudian memunculkan tunas dan cabang. Semua kehidupan baru seperti bergerak dalam alur tunas-tunas baru. Hari-hari baru, cerita baru, sel-sel kehidupan yang baru, meski tidak selalu ada kesadaran yang seolah-olah masih kehidupan yang lampau.
Manusia hanya makhluk yang selalu mencoba merangkai, menyusun dan rekonstruksi kembali dalam suatu bentuk. Rekonstruksi tersebut bisa berpotensi menjadi suatu kemajuan dan dapat pula berubah menjadi katastropik dalam dialektika kehidupan baik dalam dimensi yang makro dan mikro, dan yang berkembang diluar kontrol nalar dan rasionalitas manusia, tetapi semua itu sebagai kenyataan yang pasti. Padahal miliaran sel kehidupan alam telah bergeser atau senantiasa berubah secara kodratnya yang tergantikan oleh sesuatu yang baru, berulang-ulang tanpa kuasa manusia. Kehidupan Baru, hari Baru, besok Baru, dan perubahan yang mendewasakan kepada situasional baru. Siklus tentang usang dan baru menjadikan manusia harus bersikap selaras atau bertentangan.
Bahwa, ada kekuatan maha dasyat yang selalu hadir di balik semua realitas alamiah. Akibanya, semua ragam perubahan itu, menjadi modal dalam kaitannya dengan eksistensi manusia dengan masa depan kehidupan alam semesta sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Hanya kepenatan manusia ketika mencoba meraih kebaruan dengan memaksakan kehendak dalam kehendak yang makro.
Sekali lagi, manusia semakin terlelap dalam kemewahan strategi dan gagasan kekuasaan yang tidak abadi. Tetapi semakin terkubur dalam nista dan kejahilan, apabila kekuasaan itu tidak diharmonikan dengan kehendak rasionalitas yang makro.
Kecanggihan permainan peradaban individualisme dalam positivisme dan post-positivisme yang terkadang mampu mendistorsi kepentingan publik serta kemanusiaan pada umumnya dengan kekuatan parsial. Hanya dua kemungkinan dan kepastian, yakni bisa konstruktif dan destruktif. Tanpa sadar permainan itu tetap digerus oleh perputaran sumbu langit dan sumbu bumi. Sehingga dinamika dalam realitas semesti terus menggerakan kaki dan intuisi dalam gelombang peradaban yang tiada selaras dengan tujuan parsial.
Seringkali langkah-langkah kehebatan peradaban manusia tersebut luput dari inti nilai kebaikan yang sesungguhnya (hakiki). Sebagai konsekuensi logi dalam keterbatasannya untuk melihat realitas yang mutlak adanya. Sebab, segala dimensi serta potenbsi diri akan dikembangkan dalam satu pelataran peradaban, yakni dunia dengan segala potensinya. Oleh karena itu, Buku Karya Puisi ini ditulis oleh Undrizon, S.H., M.H., yang mana kemudian diberi judul: Bertahta Mutiara Jiwa Dalam Arus Zaman. Buku ini diterbitkan oleh U&A Associates, Jakarta, 2022.
Buku ini hadir ke hadapan Sidang Pembaca yang budiman dengan harapan agar mampu membuka cakrawala pandang tentang hakikat manusia dalam sosialitas individual dan kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan serta entitas semesta raya, – sebagai satu gugus kehidupan yang selalu bergerak dalam segala keterbatasan antara kontekstualitas kebudayaan terhadap kehendak hukum yang natural.
Besar harapan kami agar mampu menggali hikmah yang ada di balik berbagai ungkapan atau tamsil serta kiasan dan simbol-simbol peradaban yang mengisyaratkan pentingnya suatu sikap kebijaksanaan yang mengakui pentingnya terbangun suatu keselarasan dalam ketinggian adab budaya manusia dalam gugus kehendak hukum alam dalam ketentuan Tuhan. Hal tersebut terungkap dalam suatu rangkaian Kata-kata yang telah disajikan, dan hendaknya mampu menyentuh hati nurani serta mengetuk rasionalitas serta memacu kesadaran rasa spiritualitas Warga Bangsa, khususnya bagi para Pembaca yang budiman.
Namun demikian, Pepatah mengatakan, tiada gading yang tak retak, maka itu, akhirnya dengan segala kerendahan hati dan kesadaran, bahwa sejauh kemampuan kita dalam mengamati dan mempelajari tentang berbagai realitas kehidupan di dunia ini, maka tetaplah masih Maha Jauh Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah Swt) yang mengetahuai serta berbuat sekehendak-Nya. Sekaligus dalam kesempatan ini pula, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam berbagai bentuk Bantuan Moril dan Materil, sehingga Buku ini bisa hadir ke hadapan sidang Pembaca. Selamat membaca, semoga bermanfaat adanya! (Uzn)