Dalam kesempatan yang cukup berharga bersilaturrahmi dengan KH. Chamsah Hasan, Pimpinan Pondok Pesantren, Tanbihul Ghofilin di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Pondok Pesantren yang sebelumnya dirintis oleh KH. Mohammad Hasan. KH. Mohammad Hasan adalah sosok Ulama terpelajar, gigih menuntut ilmu di berbagai Pondok Pesantren dengan Guru-guru yang mumpuni dari segi keilmuannya. Beliau adalah ayahandanya dari KH. Chamzah Hasan yang kini aktif memimpin Pondok Pesantren tersebut. KH. Chamzah Hasan juga Tokoh Agama Islam yang sangat konsisten dalam memperjuangkan pentingnya segi pendidikan dan dakwah islamiyah, baik bagi umat islam, masyarakat, bangsa dan negara.
Pertemuan dengan KH. Chamzah Hassan pada 21 Maret 2023 di Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin Banjarnegara, Jawa Tengah. Kehadiran, Undrizon, S.H., M.H. (Sekretaris Jenderal DPP PERTI) bersama Erbasri (Anggota Dewan Syuro DPP PERTI) yang dihadiri oleh pula unsur Tokoh Agama Banjarnegara. Banyak hal yang diperbincangkan, sembari disuguhi makanan tradisional Banjarnegara.
KH Chamzah Hasan di Pondok Pesantren Tanhibul Ghofillin, Kab. Bajarnegara, Jawa Tengah. Pendekatan pendidikan yang inklusif, sehingga menjadikan Pondok Pesantren Tohibul Ghofilin banyak diminati oleh para calon Pelajar (Santri) yang ingin mendalami Ilmu Agama maupun Ilmu Umum. Pendidikan yang terus mengikuti perkembangan peradaban mutakhir. Meskipun tidak melepaskan karakter tradisionalnya dalam membingkai proses internalisasi nilai-nilai keislaman di Lingkungan Pondok Pesantren. Chamzah juga mengetengahkan tentang lika-liku membangun pendidikan umat, sarana dan prasarana kesehatan. Sehingga Beliau juga merintis berdirinya Rumah Sakit Islam Banjarnegara. Banyak tokoh yang terlibat aktif untuk mewujudkan fasilitas kesehatan, dan masjid sebagai bagian dari Amal Sosial.
Kunjungan ke Pondok Pesantren Tanhibul Ghofilin juga dilakukan oleh tokoh politik, baik Tokoh Daerah maupun Tokoh Nasional. Semua itu, tidak terlepas dari peranan serta kapasitas KH. Chamzah Hasan sebagai salah satu sosok atau Tokoh (stakeholders) di Banjarnegara. Sehingga ketika berbincang-bincang dengan Beliau maka suasana menjadi cair, luwes, berilmu, berwawasan yang kompleks, dan penuh kekeluargaan.
Tanhibul Ghofilin tetap mengedepankan konsepsional keilmuan yang multidisipliner (kompleks), bahwa: sebaik-baiknya umat adalah yang berguna atau bermanfaat terhadap yang lainnya. Tanhibul Ghofilin sendiri secara harfiah berarti: ‘mengingatkan orang-orang yang lupa’. Maka itu, tantangan internal dan eksternal harus dihadapi secara simultan. Mulai dari faktor keteladanan dalam membangun kepribadian, dan secara eksternal tentunya ada pengaruh lingkungan strategis global yang sarat kemajuan Iptek.
Banjarnegara adalah salah-satu Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Posisinya yang lebih tinggi dari permukaan laut, sehingga udaranya begitu sejuk dan tanah yang subur. Selain itu, kehidupan masyarakat yang relegius, damai dan kondusif. Meskipun demikian, KH Chamsah juga menyinggung tentang pentingnya pengembangan ekonomi mikro kecil bagi rakyat, utamanya aspek ekonomi berbasis pertanian.
Masyarakat Banjarnegara dengan kekuatan agro industri lebih dominan dalam kompleksitas ekonomi lokal. Selain terkenal dengan Es Dawet, dan kuga keberadaan aneka Panganan Tradisional yang selalu ada di berbagai pojok Ibu Kota Banjarnegara.
Bahkan, KH. Chamzah Hasan sambil berkelakar, seraya mengutarakan, bahwa terkadang semangat Petani jadi tertegun-tegun, ‘ketika ada kalangan investor yang tidak serius merealisasikan pengembangan skema usaha sektor pertanian’. Sehingga lahan yang sedianya dipersiapkan untuk penanaman suatu komoditas usaha, tetapi kerap terbengkelai, meskipun realitasnya potensi produksi begitu memadai. Kapasitas produksi tentunya harus diimbangi dengan volume permintaan pasar. Akses pasar yang besar itu yang belum terbuka bagi kalangan Petani Lokal.
Untuk itu, terkadang perlu alternatif dalam menanggulangi kondsi tersebut dengan kreativitas untuk menjadikan Produksi Pangan sebagai bentuk substitusi kebutuhan rakyat, ketika akses pasar di luar Kabupaten Banjarnegara belum terbuka lebar. Padahal komoditas dari Banjarnegara cukup memadai dan mampu memenuhi kebutuhan pasar (konsumen). Namun demikian sekali lagi masih dibutuhkan keseriusan investor dalam setiap adanya skema pengembangan potensi ekonomi rakyat setempat.
Banyak konstruksi berpikir serta tata-nilai yang bisa digali dari perjalanan sejarah berdirinya Kabupaten Banjarnegara sampai dengan periode sekarang yang sarat perubahan-perubahan yang begitu cepat. seiring dengan dinamika perubahan periode peradaban.
Dari Alun-alun Banjarnegara tercermin adanya kehidupan masyarakat yang masih senantiasa berada dalam situasi zaman yang nyaman dan religius. Berdirinya Masjid Agung Annur di samping Alun-alun Ibu Kota Kabupaten Banjarnegara, sebagai pertanda adanya tatanan kehidupan warga yang relegius dan tingginya nilai peradaban yang telah dibangun oleh Pemerintah bersama masyarakat. (Uzn)