Buku Karya Puisi ini sebagai salah-satu bentuk produk dalam lingkup kebudayaan yang mengandung unsur sastra yang disampaikan kepada pihak khalayak. Hal ini tentunya dapat menggugah nurani dalam kecerdasan spiritual Anak Negeri yang memang harus terus-menerus dipacu, dimotivasi, dan diajak dalam upaya merawat berbagai temuan atau produk peradabannya dengan sebaik-baiknya, sebagai pertanda adanya proses pemajuan kebudayaan pada suatu bangsa dan negara. Kreasi itu, terus dilaksanakan secara berkesinambungan dengan fondasi serta bobot kebudayaan yang menjadi pernik bernilai tinggi dalam usaha-usaha membangun karakter sebagai bangsa dan negara.
Buku ini ditulis oleh Undrizon, S.H., yang berjudul: Manuk Newa Manakin Naga, Melesat Di Atas Gelombang Hikayat Menuju Hijriyah Asa Manusia Sebangsa Sedunia, yang diterbitkan oleh Rumah Pelangi, sebanyak 136 (seratus tiga puluh enam) halaman, edisi perdana, cetakan 1 (kesatu). Yogyakarta pada 2017.
Dengan petunjuk yang nyata itu serta atas kebenaran yang tertulis dan tidak tertulis maka Manusia perlu terus menggali berbagai gagasan yang bersumber dari kekuatan daya cipta, dan rasa sebagai batas kemampuan dan kadar potensi yang telah ditentukan sebagai manusiawi. Oleh sebab itu, maka Karya Puisi ini menjadi salah-satu wujud dari adanya keinginan dalam segala keterbatasan untuk berbagi pemahaman dan persepsi serta imajinasi agar dapat ditemukan butiran-butiran kebenaran yang berguna dalam memaknai ragam kehidupan. Corak penampilan realitas itu sebagai dampak kemajuan peradaban manusia itu sendiri.
Oleh karena itu Karya Puisi ini diharapkan dapat mendorong menyadari bahwa arti pentingnya kebudayaan bagi manusia, meskipun dalam kadarnya tersendiri di antara jutaan Karya anak manusia di belantara kesusasteraan. Tingginya peradaban yang telah dicapai oleh manusia secara fisik bukanlah jaminan tingginya capaian kebudayaannya. Maka itu, berbagai sumber gagasan dalam membangun kecerdasan spiritualitas bangsa harus tetap dipelihara dan ditingkatkan. Hal itu dimaksudkan agar dalam membangun peradabannya tetap berakar dari nilai-nilai luhur yang genuine tentang hakikat kehidupan itu sendiri, kearifan lokal yang akan menjaga eksistensi suatu bangsa dan negara.
Apabila gagal dalam meletakan fondasi kebudayaan tersebut, maka peradaban suatu bangsa akan compang-camping serta berpotensi ditelan dinamika kehidupan pada suatu masa dari arus eksternal yang tidak menghormati posisi kearifan lokal.
Apalagi Indonesia sebagai salah-satu negara bangsa yang memiliki kekayaan khazanah budaya disbanding dengan bangs serta negara di seantero dunia. Meskipun terkadang kebudayaan hanya diartikan sebatas nilai-nilai Seni yang memukau. Akan tetapi, lebih jauh lagi dari sekadar kafya itu, bagi Indonesia harus meletakan peradabannya di atas suatu nilai-nilai kebijaksanaan kebudayaan yang mengokohkan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Bangsa dan Negara yang maju dalam segala aspek kehidupannya serta dapat dibanggakan oleh entitas kehidupan nasional. Kemajuan itu berarti bukan hanya kemegahan secara fisik, tetapi warga bangsa dapat hidup secara Merdeka, adil, sejahtera dan berdaulat.
Kedaulatan dan kemerdekaan itu harus pula dijamin secara hukum dengan pertimbangan kebijaksanaan rasa keadilan, kepastian dan manfaat, maka itu hukum tidak akan tegak dengan baik, apabila aparatur terkait tidak mengenal dan memahami landasan nilai-nilai kebudayaan itu sendiri.
Hukum sebagai arsitektural sosial kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan tentunya sulit dimengerti sebagai bangsa yang berbudaya karena penegakan hukum hanya menghandalkan pola-pola rekayasa normatif semata yang hampa nilai-nilai luhur dari ’titik nol kemerdekaan Republik Indonesia’ ini, dan begitu pula dalam kehidupan pada tataran dunia internasional.
Sudah sepatutnya dikembangkan suatu kesadaran kebudayaan itu secara kontinu atau berkesinambungan, sebagai bentuk upaya untuk menegakan peradaban bangsa dan negara secara totalitas dengan kesadaran yang tinggi dari segenap Warga Bangsa untuk merias bangsa dan negara dengan serangkaian implementasi program pembangunan dengan landasan kebudayaan. Karena itu, betapa pentingnya arti tentang suatu gerak dinamika kebudayaan yang bernilai luhur dalam mewarnai visi dan misi dialektika peradaban manusia menuju pencapaian asa manusia, sebangsa dan sedunia.
Petitih atau pituah kebudayaan dalam mengarungi berbagai persoalan kehidupan dari hari ke hari dapat menjadi kekuatan bagi kemajuan peradaban yang kokoh serta inspiratif. Bukan hanya peradaban yang keropos serta tidak aspiratif dalam kaitannya dengan implikasi yang sporadik sebagai akibat adanya penekanan dengan pendekatan engineering semata. Maka itu, kemudian mewarnai peradaban kehidupan baik dalam lingkup pribadi, kelompok masyarakat, bangsa dan negara.
Manusia telah dibekali oleh Tuhan yang Maha Esa dengan kecerdasan intelektual, kecerdasan rohaniah/spiritual untuk memahami tentang eksistensi atau keberadaanya di muka bumi ini. Itulah sebabnya maka atas segala ketinggian peradaban yang telah dicapai dari masa ke masa membutuhkan konsistensi sikap yang berpedoman pada nilai-nilai yang luhur serta diperjuangkan agar tetap lestari agar mampu menjelaskan arah perubahan zaman dan eksistensi pribadi, masyarakat, bangsa, dan negara. Bahkan dengan motivasi yang tepat maka manusia tentunya akan memiliki keberanian dalam menghadapi berbagai rintangan dalam perjalanan kehidupan itu.
Formula kehidupan yang dapat menjadi penyambung atas suatu rangkaian hubungan antar manusia yang didasarkan pada nilai-nilai kebenaran sejati. Nilai-nilai yang telah disanatkan di dalam berbagai firman Allah Swt, hasil pemikiran para Manusia yang tercerahkan maka itu semuanya menjadi pengawal arah kemajuan peradaban. Itulah jatidiri manusia ketika berbagai hasil peradaban yang telah dicapai dalam periode kehidupan sosial kebangsaan itu maka agar dilanjutkan oleh generasi berikutnya.
Ketinggian akal budi manusia yang tergambar di dalam dialektika rohaniah seseorangan atau kumpulan orang/organisasi dalam semua intensitas serta stratanya dapat dapat digambarkan dalam berbagai jenis produk Karya Sastra dan berbagai kajian tentang kebudayaan. Karena hal tersebut menyangkut soal eksistensi bangsa dan negara supaya kedepan dapat terus berjalan secara lebih baik, efektif serta produktif dan konstruktif.
Mencapai kondisi tersebut tentunya dibutuhkan kemampuan untuk selalu membangun kapasitas serta kecerdasan spiritualitas dalam memperkuat karakter kepemimpinan yang berperadaban baik yang berguna dalam merealisasikan Cita-cita pembangunan di segala bidang. Selanjutnya, dibutuhkan suatu dayadorong aksesibilitas publik dalam memperkokoh eksistensi bangsa dan negara dengan serangkaian produk peradaban. Boleh jadi, peradaban itu terlahir dari warna-warni sikap, polapikir, dan tindakan serta kebijaksanaan yang tentunya harus senantiasa melindungi segenap tumpah darah Indonesia. (Unzn)