Perti.or.id Sangat menarik ketika menyusuri realitas kehidupan sosial kemasyarakatan dengan segenap dimensinya, tidak sebagai bagian dalam mainstream program strategis PERTI dalam masa bakti periode: 2022-2027.
Itu sebabnya, DPP PERTI (Dewan Pimpinan Pusat (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) yang dipimpin oleh Undrizon, SH., MH., (Sekretaris Jenderal DPP PERTI) dan Lelya Marhaeny, SH.m MH., selaku Sekretaris Jenderal DPP Wanita PERTI – melakukan dialog langsung dengan pengrajin Industri Tempe di daerah Johar Baru, Jakarta Pusat.
“Kegiatan ini sebagai bagian dalam rangkaian rencana program PERTI Periode 2022-2027 dalam kaitannya dengan pembangunan sosial-ekonomi rakyat. Bahwa, Islam yang substansial mestinya dapat dijabarkan lebih konkret dalam kehidupan faktual masyarakat. Sosialisasi PERTI tentang berbagai dimensi keagamaan, sosbud, dan ekonomi,” jelas Sekretaris Jenderal DPP PERTI Undrizon dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (13/8/2022).
Kunjungan ini oleh DPP PERTI dan DPP Wanita PERTI ke kediaman Chairun salah seorang Pengrajin Industri Tempe yang sudah cukup berhasil. Sekaligus Beliau dijadikan sebagai sebagai Tokoh Pimpinan Paguyuban Pengrajin Tempe tersebut.
Banyak informasi yang dapat diserap dari kegiatan Industri Tempe Pak Chairun dan Kawan-kawan. Sebagai seorang Perantau asal daerah Kabupaten Batang, Jawa Tengah, yang juga termasuk dalam Perhimpunan Masyarakat Batang (PMB) yang berdomisili di Jakarta itu – seraya, menjelaskan secara umum terkait dengan debutnya dalam membangun Industri Tempe bersama rekan lainnya.
Haji Chairun begitu sapaan akrabnya, memulai usahanya dengan kondisi yang sangat terbatas, dan sederhana sebagai Pedagang Tempe dengan Pola Eceran ke berbagai Pusat Pasar Tradisional maupun sifatnya memenuhi kebutuhan konsumen (anggota masyarakat) tertentu yang membutuhkan Tempe.
Hal ini, Patut menjadi catatan bagi PERTI, bahwa sosok Haji Chairun tidak melupakan Ibadah kepada Allah Swt., meskipun di sela aktivitas Industri Tempe yang begitu padat.
“Jangan sampai kita melupakan Sang Pemilik Kehidupan, yakni Allah Swt ,” tutur Haji Chairun di kediamannya.
H. Chairun telah mampu terus melaju secara perlahan tapi pasti. Sehingga dapat merubah taraf kehidupannya dengan segenap keluarga, begitu pula Anggota Paguyuban Pengrajin Industri Tempe di Johar Baru tersebut.
Meskipun tidak terlepas dari kendala permodalan, pasar, dan ketersediaan Bahan Baku yang memadai guna memaksimalkan volu produksi.
Maklum, terkadang Bahan Baku (Kedelai) dengan kandungan lokal terkadang tidak memadai dalam memenuhi Kebutuhan Industri Tempe. Sehingga sudah terbiasa memakai Bahan Baku Impor (Kedelai Impor).
Tetapi, gagasan dalam Pemulihan Industri Tempe dalam pasang surut tetap dihadapi meskipun persoalan Bahan Baku terkadang telah membuat Pak Haji Chairun harus memberikan testimoni terkait dengan kebutuhan Produk Makanan Tempe dari Industri Tempe kepada berbagai Instansi Pemerintah.
Maka itu, menurut keterangan Haji Chairun, yang pernah diundang ke Senayan (DPR RI), terkait dengan penyampaian aspirasi tentang berbagai kendala yang tengah dihadapi pengrajin Industri Tempe.
Utamanya dalam bentuk hearing Dewan dalam upaya menyerap aspirasi informasi dari warga negara terkait.
Sehingga problematika tersebut dapat menjadi pelajaran berharga bagi sosok hairun untuk terus mmembangkitkan semangat para Pelaku Industri Kecil Tempe yang dibangun oleh kebanyakan Perantau asal Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah.
Meski dalam keterpurukan ekonomi, namun Tempe tetap bertahan menjadi primadona sebagai bahan makanan (pangan) yang kebanyakan diminati rakyat.
Bahkan, produk Industri Tempe tidak hanya menjadi kebutuhan Rakyat bawah, tetapi hampir semua Lapisan Masyarakat.
“Bahkan, menurut Haji Chairun, produk Industri Tempe tersebut juga telah merambah Pasar Internasional. Sebagaimana dijelaskannya, kebutuhan Tempe sesungguhnya masih belum terkover oleh volume produksi yang selama ini telah berjalan,” terang Undrizon.
Oleh sebab itu, komitmen para pengrajin Industri Tempe hendaknya berbanding lurus dengan animo kebijakan pemerintah untuk tetap menjaga kondisi sebagaimana diharapkan dalam mempertahankan keberlangsungan Industri Tempe berbasis masyarakat di tanah air.
Meskipun Tempe seringkali menjadi anekdot di tengah masyarakat, ketika diartikan sebelah mata: ‘Mental Tempe’, ‘Bangsa Tempe’, dan seterusnya.
Tetapi Haji Chairun telah merubah kehidupannya dengan Industri Tempe yang menjadi kebanggaannya dalam ibadah, bangun kemandirian ekonomi, dan hidup berarti untuk masyarakat, agama, bangsa dan negara.
Apalagi dalam situasi sosial ekonomi yang masih berusaha bangkit setelah terpuruk sebagai akibat wabah Covid-19. Pengrajin Industri sempat kelimpungan mencari jalan keluar.
Karena itu, para pengambil kebijakan dan keputusan nasional harus terus memperhatikan fundamental ekonomi (ekonomi riil) yang sering kali menjadi tumpuan kehidupan bagi masyarakat akar rumput dalam situasi sulit maupun normal. (*)
Sumber : indoposnews.id