Kebutuhan hidup yang semakin tinggi membuat orang harus bekerja keras, sementara bagi sebagian orang bekerja keras juga menjadi tuntutan untuk mendapatkan karir yang cemerlang. Bekerja merupakan aktifitas duniawi yang menghasilkan keuntungan di dunia. Namun Bekerja itu bukan hanya mencari uang, bekerja adalah amal shaleh dan uang itu bonus. Bekerja juga mengandung pahala besar di akhirat. Bekerja mencari rezeki yang halalan toyyiban, termasuk kedalam jihad fii sabilillah. Karena itulah bekerja tergolong ibadah untuk kaum muslimim.
Perlu kita camkan, masalah nafkah bukan masalah banting tulang, tetapi masalah nafkah adalah masalah taqwa.
Allah SWT berfirman:
Artinya: “Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka” (Q.S At-thalaq/65: 2-3)
Nabi Muhammad SAW bersabda:
Artinya:
Dari Umar bin al-Khatthab Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sungguh-sungguh tawakkal kepada-Nya, sungguh kalian akan diberikan rizki oleh Allah sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung. Pagi hari burung tersebut keluar dalam keadaan lapar dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang. (HR. Tirmidzi: 2344)
Burung keluar di pagi hari dalam kondisi perut lapar dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang serta bawa rezeki untuk anak-anaknya, Inilah keberkahan. Bukan kuantitas seberapa lama kita bekerja, tetapi kualitas iman dan taqwa serta ikhtiar yang maksimal. Ikhtiar yang maksimal, bukan bekerja sampai jam 11 atau pun jam 2 malam, lalu hari libur kita pakai untuk menambah-nambah atau mencari sampingan, sampai kita lupa mengaji, belajar dan ibadah, Ini tidak berkah. Burung saja bisa menikmati kehidupannya, karena taqwa dan iktiar serta burung tidak maksiat, tidak menipu dan burung berdzikir kepada Allah SWT.
Setiap binatang berdzikir kepada Allah SWT sedangkan kita lupa berdzikir dan mengaji, akhirnya kita diperbudak oleh dunia. Allah memberi kita 168 jam/pekan, apakah tak punya waktu untuk belajar agama? sesibuk itukah kita? atau bahkan Nabi kalah sibuk dengan kita? Nabi itu Rasul, umatnya banyak, kepala negara, pemegang kunci baitul mal, dan panglima perang masih sempat belajar dengan malaikat Jibril. Sedangkan kita yang hanya memiliki beberapa tanggung jawab sampai tidak sempat belajar, Subhanallah. Mencari apakah kita?
Semakin kita di perbudak dunia maka semakin sengsara. Para ulama terdahulu mencari nafkahnya hanya 2 jam, tetapi bisa “eksis”. Syaikh Albani itu tukang jam dan beliau tidak bekerja setiap hari dan kalaupun kerja paling hanya 2-3 jam selesai, lalu tutup toko untuk belajar dan lain-lain. Keberkahan ini yang hilang, maka yakinlah kita harus kembali mengatur waktu sesuai Al-Qur’an dan Sunnah.
Dalam sejarah islam, para Nabi telah mencotohkan pentingnya bekerja keras namun tidak melupakan ibadah. Para Nabi dan Rasul adalah orang-orang yang paling dekat dengan Allah SWT, kedekatan dan ketaqwaannya adalah merupakan kedekatan yang paling tinggi yang dimiliki manusia. Tetapi dengan semua ketawakkalan dan keimanan, mereka masih mencari nafkah untuk kehidupan dunia dan begitulah orang beriman diminta untuk menyeimbangkan kehidupannya. Mereka tidak menghabiskan hidupnya untuk mencari uang, uang dan uang sehingga melupakan akhiratnya atau hanya duduk menengadahkan tangan berharap langit menurunkan emas dan perak tanpa berusaha. Itulah kenapa orang beriman menyeimbangkan keduanya. Para Nabi dan Rasul mencontohkan kepada kita, bahwa sebaik-baiknya rezeki adalah yang kita dapat dari hasil jerih payah tangan kita sendiri.
Pekerjaan yang bernilai ibadah itu ada syaratanya, yaitu:
1. Jadikan pekerjaan kita sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ibadah memang bukan hanya sekedar di tempat ibadah, ibadah memang bukan hanya sekedar ritual, segala sesuatu yang diniatkan karena Allah SWT itu bernilai ibadah. Dimulai dari hal yang sederhana, masuk kamar mandi itu pun bisa bernilai ibadah, jika kita memulainya dengan berdoa. Maka pastikan jika kita bekerja pun bisa bernilai ibadah, dalam rangka apa? Dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2. Cara kerjanya benar
Sebab walaupun niatnya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT tapi caranya keliru, tidak akan bernilai ibadah. Contohnya: kalau orang shalat itu rukuknya ke depan, kemudian karena bosan diganti rukuknya menjadi koprol kebelakang. Meskipun di niatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah tapi caranya keliru, tidak bisa bernilai ibadah. Begitu juga jika kita sedang bekerja, kerjakan dengan cara yang benar dan terbaik agar pekerjaan kita bernilai ibadah.
3. Enjoy menjalankannya
Di dalam bekerja kita harus asik menjalankannya dan tidak mudah mengeluh di dalam bekerja. Jangan sampai kita bekerja sudah susah payah diisi dengan keluhan-keluhan dan cacian-cacian, maka itu bisa menghilangkan peluang pekerjaan kita bernilai ibadah.
4. Menjaga kehormatan dan kemulian diri
Islam tidak mengajarkan mencari harta dengan meminta-minta atau mengemis. Karena meminta-minta merupakan hal yang sangat dibenci oleh Allah SWT.
Nabi SAW bersabda:
Artinya: “Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan tidak ada sekerat daging pun di wajahnya” (Muttafaqun Alaih).
Nabi SAW bersabda:
Artinya: “Jika salah seorang di antara kalian pergi di pagi hari lalu mencari kayu bakar yang di panggul di punggungnya (lalu menjualnya), kemudian bersedekah dengan hasilnya dan merasa cukup dari apa yang ada di tangan orang lain, maka itu lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberi ataupun tidak, karena tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Dan mulailah dengan menafkahi orang yang engkau tanggung” (HR. Bukhari no. 2075, Muslim no. 1042).
Maka orang beriman itu imannya akan menuntun ia mencari yang halal, kalau ada orang yang beriman mencari yang haram berarti ada yang salah dengan imannya. Sungguh rugi apabila kita 8 jam di kantor, 2 jam di perjalanan tetapi tidak bernilai ibadah dan hanya mendapat rupiah, RUGI, RUGI, dan RUGI. Usahakan dari sekarang selain mendapat rupiah, pekerjan kita juga bernilai ibadah.
Semoga Allah Swt melapangakan dan memberikan rezeki kepada kita dengan rezeki yang halalan toyyiban dan juga memberikan kita hati yang selalu bersyukur dan melindungi kita dari segala yang haram. Carilah kehidupan dunia namun jangan lupakan kehidupan akhirat.
Sumber : valito.id